Agama Islam berasal
dari Allah. Memahami Islam secara benar akan mengantarkan umatnya untuk
mengamalkannya secara benar pula. Sekarang ini problematika umat yang mendasar
yaitu ketidak fahaman terhadap Al Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah dan
Rasul-Nya. Oleh karena itu memahami "Dinnul Islam" adalah suatu
keharusan bagi umat Islam.
Di antara keistimewaan
agama Islam adalah namanya. Berbeda dengan agama lain, nama agama ini bukan
berasal dari nama pendirinya atau nama tempat penyebarannya. Tapi, nama Islam
menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya terhadap Allah.
Inilah salah satu
kekhasan agama Islam. Nama “Islam” tidak diasosiasikan pada pribadi seseorang,
nama ras, suku, ataupun wilayah. Dan kalimatul Islam (kata Al-Islam) mengandung
pengertian dan prinsip-prinsip yang dapat didefinisikan secara terpisah dan
bila dipahami secara menyeluruh merupakan pengertian yang utuh. Maka dari itu,
dalam pembahasan ini yaitu mengenai makna Islam itu sendiri berhubungan dengan
QS. Ali imran (3):19, QS. Ali imran (3): 67, QS. Ali imran (3) : 83, QS. Al
hajj (22) : 18, dan QS. Asy-syura (42) : 13.
Secara etimologi kata Islam berasal dari bahasa Arab,
terambil dari kosa kata salima yang berarti selamat sentosa. Kemudian
dibentuk menjadi aslama yang berarti taat dan berserah diri. Sehingga terbentuk
kata Islam (aslama-yuslimu-
islaman) yang
berarti damai, aman, dan selamat. Orang yang masuk Islam dinamakan Muslim.[1]
Pengertian Islam yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT, antara lain
:
بَلَىٰ
مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ
وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿البقرة:١١٢﴾
“(Tidak
demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(QS. Al-Baqarah (2):112)
Secara
epistimologi menurut Mahmud Syaltout, Islam adalah
"هُوَ دِيْنُهُ اللَّذِي أُوْصِيَ بِتَعَالِمِهِ فِيْ أُصُوْلِهِ
وَشَرَائِعِهِ اِلَي النَّبِيِّ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَبْهِ وَ سَلَّمَ وَكَلَّفَهُ
بِتَبْلِيْغِهِ لِلنَّاسِ كَافَّةٍ وَ دَعَوْتَهُمْ إِلَيْهِ "
“Islam adalah agama Allah yang diwasiatkan dengan ajaran-ajarannya
sebagaimana terdapat didalam pokok-pokok dan syariatnya kepada Nabi Muhammad
SAW dan mewajibkan kepadanya untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia
serta mengajak mereka untuk memeluknya.”[2]
Sedangkan menurut lima perawi Hadis (Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Ibn
Majah, dan Abu Daud), Islam adalah:
الإِسْلاَمُ
: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَ تُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَ تُؤَدِّيَ
الزَّكَاةَ المَفْرُوْضَةَ وَ تَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتُحِجَّ الْبَيْتَ . (رواه
الشيخان )
“Islam adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah, dan Muhammad adalah hamba serta Rasul-Nya, menunaikan shalat,
memberikanzakat, puasa pada bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji jika
mampu.”
Dengan demikian, pengertian Islam dari segi istilah adalah agama
yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad yang isinya bukan hanya mengatur
hubungan manusia dengan tuhan, melainkan juga mengatur hubungan manusia dengan
manusia dan alam jagat raya. [3]
الإِسْلاَم
Al-Islam terkadang berarti taat dan
menyerahkan diri. Berarti juga melaksanakan (menunaikan). Dikatakan Aslam tusy
Syaia ila fulanin (bila anda menunaikan padanya). Dapat pula diartikan masuk
kedalam silm (perdamaian), atau damai dan selamat. Penamaan dinul haq menjadi
Islam adalah sesuai dengan semua pengertian tadi. Hal ini ditunjukkan oleh
firman Allah :
وَمَنْ
أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ
مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا ﴿النِّسَاء :١٢٥﴾
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. An-Nisa’
4: 125)[4]
Kata “al-islaam” bermakna : patuh
sepenuh hati dengan kerendahan diri dan kerendahan hati, yaitu : kepatuhan
dengan kerendahan diri dan meninggalkan hal-hal yang bersifat membantah. Maka, Allah
SWT berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ
الْإِسْلَامُۗ وَمَا
اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ
الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ
وَمَنْ يَكْفُرْ بِآَيَاتِ اللَّهِ
فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿ال
عمران :١٩﴾
”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya.” (QS. Ali Imran 3 : 19)
Sesungguhnya semua agama dan syari’at yang didatangkan oleh para
Nabi, ruh atau intinya adalah Islam (menyerahkan diri), tunduk dan menurut.
Meskipun dalam beberapa kewajiban dan bentuk amal agak berbeda, hal ini pulalah
yang selalu diwasiatkan oleh para Nabi. Orang muslim hakiki adalah orang yang
bersih dari kotoran syirik, berlaku ikhlas dalam amalnya, dan disertai
keimanan, tanpa memandang dari agama mana dan dalam zaman apa ia berada.
Ayat ini menurut Ibnu Katsir, mengandung pesan dari Allah bahwa
tiada agama disisi-Nya dan yang diterima-Nya dari seorang pun kecuali Islam.
Yaitu mengikuti Rasul-rasul yang diutus Nya setiap saat hingga berakhir dengan
Muhammad SAW. Dengan kehadiran beliau, telah tertutup semua jalan dari arah
beliau sehingga siapa yang menemui Allah setelah diutusnya Muhammad SAW. Dengan
menganut satu agama selain syari’at yang beliau sampaikan, tidak diterima
oleh-Nya. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT :
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي
الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿ال
عمران :٨۵﴾
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali Imran
3 : 85)
Ali ra. Berkhutbah, “Agama Islam adalah menyerahkan diri, dan
menyerahkan diri adalah adalah keyakinan, dan keyakinan ialah percaya, percaya
ialah berikrar, dan berikrar ialah melaksanakan, sedang melaksanakan adalah
mengamalkan,” selanjutnya beliau mengatakan, “sesungguhnya seorang mu’min
mengambilnya dari pendapatnya sendiri. Orang yang beriman diketahui keimanannya
dari amal perbuatannya, dan orang kafir diketahui kekafirannya dari
keingkarannya. Wahai umat manusia, berhati-hatilah terhadap agamamu, sebab
sesungguhnya kejelekan di dalam agama ini (Islam) adalah lebih baik dari pada
kebaikan yang lainnya. Sebab kejelekan di dalamnya akan diampuni, sedang
kebaikan selainnya tidaklah diterima. [5]
Dalam berbagai ayat ini menunjukkan bahwa makna Islam sendiri penyerahan
total kepada Allah dan harus diiringi dengan pengamalannya. Sedangkan Islam
sendiri merupakan suatu kesatuan agama yang disepakati oleh semua Nabi. Adapun
perselisihan agama itu dihasilkan dari pengikut agama karena kedengkian dan
kedzaliman mereka.[6]
Ketika orang Yahudi bertanya pada Rasulullah : “wahai Muhammad,
kamu mengetahui bahwa kamilah yang lebih berhak atas agama Ibrahim dari pada
kamu dan yang lain, karena –dia menurut kepercayaan kami, adalah seorang yang
Yahudi. Kamu dengki pada kami. “[7] Selanjutnya Allah menurunkan ayat ini sebagai sindiran
terhadap orang-orang yahudi :
مَاكَانَ
اِبْرهِيْمُ يَهُوْدِ يًّا وَلاَ نَصْرَا نِيًّا وَلكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗوَمَا
كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ اِنَّ
اَوْلَى النَّاس بِابْرهِيْمَ لَلَّذِيْنَ التَّبَعُوْهُ وَهذَا النَّبِيُّ
وَالَّذِيْنَ امَنُوا وَاللهُ وَلِيُّ المُؤْمِنُوْنَ
﴿ال عمران :
٦٨ -٦٧﴾
“Ibrahim bukan seorang Yahudi
dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus
lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah
orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang
beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang
beriman.” (QS. Ali Imran 3 : 67-68)
Nabi Ibrahim bukan seorang Yahudi, sebagaimana diakui oleh
orang-orang Yahudi, dan bukan orang Nasrani seperti diakui orang Nasrani,
dengan dalil seperti yang telah dikemukakan, akan tetapi dia adalah seorang
yang lurus lagi berserah diri kepada Allah dan juga sekali-kali bukanlah
termasuk golongan orang-orang musyrik, yang dapat diduga oleh orang-orang
musyrik Mekkah yang mengaku mengikuti agama beliau.[8]
Orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang-orang yang
beriman kepadanya dan mengikuti agamanya yang lurus. Dia adalah Nabi Muhammad
SAW, sebab beliau berasal dari keturunan Ibrahim dan mempunyai agama yang sama
yang berlandaskan tauhid. Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya, orang-orang Yahudi dan Nasrani bersengketa perihal
Nabi Ibrahim as dan millahnya, yang mengklaim beliau berada dalam agamanya,
adalah orang-orang yang bohong.
Sedangkan pendapat yang benar dalam hal tersebut adalah apa yang
dikatakan oleh orang-orang Islam. Mereka adalah pengikut Ibrahim yang berjalan
pada garis syariatnya. Bukan agama selain Islam. Sebab, Nabi Ibrahim adalah
orang yang taat kepada Allah SWT, berpegang pada sinar hidayah yang diperintahkan
agar ia amalkan. Beliau adalah orang yang khusyu’ kepadaNya dengan merendahkan
diri dan menutupi segala kewajiban dan ketetapa-Nya.[9]
Allah
SWT berfirman :
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا
إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ
مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي
إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ ﴿الشورى
:١٣﴾
”Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa
yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu
orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya).” (QS.
As-Syuura 42 : 13)
Agama yang diturunkan Allah lah yang menjadi pegangan bagi seluruh
manusia. Allah telah mensyariatkan kepada umat Nabi terahir dari ajaran agama
yakni prinsip-prinsip-Nya serupa dengan apa yang telah diwasiatkan pada Nabi
Nuh, Ibrahim, musa, dan Isa. Wasiat itu adalah : laksanakan tuntutan agama
secara baik, sempurna dan bersinambung dan janganlah kalian berselisih dan
berpecah belah satu sama lain.[10]
Adapun perselisihan mengenai Juz’iyyat (parsial), cabang, dan
perincian hukum, maka itu semua tidak bisa dihindarkan. Sebab setiap syari’at
antara yang satu dengan yang lain berbeda. Allah berfirman dalam sebagian ayat
al-Maidah:
لِكُلٍّ
جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَ مِنْهَاجًاۗ وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ
أُمَّةً وَاحِدَةً وَلكِنْ لِيِبْلُوَكُمْ فِي مَا ئَتكُمْ ۚ
“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan.” (QS.
Al-Maidah : 48)
Amat besar dan berat bagi orang-orang musyrik untuk mengikuti
seruanmu, yaitu bertauhid kepada Allah dan mencampakkan berhala-berhala. Allah
memilih orang yang dikehendaki diantara hamba-Nya untuk mengikuti risalah-Nya
dengan ikhlas. [11]
Hal ini menunjukkan bahwasannya agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad merupakan agama penyempurna bagi agama yang dibawa Nabi-nabi
sebelumnya. Untuk itu perpecahan yang terjadi tidak ada gunanya, sama halnya
berpecah belah dengan keluarga sendiri.
ألَمْ تَرَ
أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
وَكَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ۖ وَكَثِيرٌ
حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ ۗ وَمَنْ
يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ ۚ إِنَّ
اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ ﴿الْحاج
:١٨﴾
”Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang
ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan,
binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak
di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang
dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah
berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al- Hajj 22 : 18)
Dalam kehidupan dunia ini, semua makhluk tunduk kepada-Nya. Apakah
engkau tidak melihat yakni mengetahui, wahai siapa pun yang dapat melihat dan
menggunakan akalnya, bahwa siapa dan apa yang ada di langit dan bumi itu tunduk
dan patuh kepada Allah Yang Maha Esa dan Mahakuasa?
Allah memerintahkan air untuk membeku atau mendidih pada derajat
tertentu, kapan dan dimana pun, dia patuh dan melaksanakannya. Sebagaimana
halnya dalam peristiwa Nabi Ibrahim as, ketika dibakar oleh penguasa masanya,
yakni Namrud. Mereka berbeda dengan manusia yang diberi tugas husus yaitu
melaksanakan agama serta dianugerahi kebebasan menerima dan menolak tugas itu.[12]
Sesungguhnya dalam semua ini terdapat bukti nyata yang memuaskan
bagi mereka, jika mereka mau berfikir. Akan tetapi, barang siapa yang dihinakan
dan telah ditetapkan oleh Allah untuk sengsara, maka tidak seorang pun dapat
membahagiakannya, karena hanya Allah semata untuk menyengsarakan dan
membahagian seseorang. Dia-lah yang menciptakan dan mengaturnya, serta
menyempurnakan wujud sesuai dengan kehendak-Nya. Banyak diantara mereka yang
tidak bersujud kepada Allah, sehingga mereka berhak menerima adzab.
Maka barangsiapa meninggal dunia setelah diutusnya Nabi Muhammad
dalam keadaan memeluk agama yang tidak sejalan dengan syariatNya, tidak akan
pernah diterima oleh Allah.[13]
Adanya ayat tentang keislaman memberikan berbagai manfaat bagi kita
semua, baik secara Lahiriah ataupun Rohaniyah. Karena kita sendiri terlahir
dari agama Islam. Yaitu agama yang secara alami lahir dari Allah dan dibawa
oleh Rasulullah untuk menaati segala
perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Dengan demikian, mempelajari dan mengetahui
sejarah agama Islam sendiri dari berbagai rasul Ulul Azmi itu adalah suatu hal
yang urgen. Sehingga tidak ada perselisihan yang berkelanjutan, karena dalam
al-Qur’an sudah sangat jelas telah menerangkan bagaimana korelasi Islam dengan
agama Nabi sebelum Rasulullah.
Berbagai kasus saat ini, berbagai kelompok agama bersengketa dan
saling menjatuhkan satu sama lain. Padahal mereka yang bertikai merupakan akar
kesatuan agama sendiri yaitu Islam. Sehingga mengatas namakan agama yang
menjadi sasarannya. Alih-alih al-qur’an sebagai hujjahnya, padahal al-qur’an
bukan hanya sebuah hujjah, namun sebuah petunjuk. Sebagai dalih yang dirasa
kurang jelas. Seperti halnya ketika para ahl-kitab berselisih antara agama Nabi
Ibrahim dengan agama Nabi Muhammad yakni agama Islam.
Dalam menanggapi hal ini berbagai ayat diatas sudah sangat jelas
segala bentuk perpecahan dan perselisihan dalam agama sangatlah ditolak. Karena
Allah menciptakan setiap syari’at yang berbeda-beda. Untuk saling mengoreksi
satu sama lain. Dan sesungguhnya semua
mahluk itu adalah hambanya, oleh karena itu orang yang beriaman harus menolak
perselisihan dan perpecahan dan kembali pada kesatuan dan kebersamaan antara
pengikut agama dengan keyakinan mengEsakan Allah dan membenarkan atas diutusnya
Rasul. [14]
IV.
·
Pengertian
Islam dari segi istilah adalah agama yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad
yang isinya bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan tuhan, melainkan juga
mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam jagat raya.
·
Dalam al-Qur’an menjelaskan bahwa ma’na islam adalah suatu kepatuhan
dengan kerendahan diri dan meninggalkan hal-hal yang bersifat membantah. Dan
sesungguhnya semua agama dan
syari’at yang didatangkan oleh para Nabi, ruh atau intinya adalah Islam
(menyerahkan diri), tunduk dan menurut. Karena orang muslim hakiki adalah orang
yang bersih dari kotoran syirik, berlaku ikhlas dalam amalnya.
·
Sesungguhnya
orang Yahudi-Nasrani yang bersengketa tentang agama Ibrahimi dengan Islam
sehingga menjadikan perselisihan agama. Ini merupakan hal yang tidak benar, karena
perlu diketahui bahwasannya agama Islam dengan agama Nabi-nabi sebelunya
merupakan satu kesatuan dari Allah yaitu mengEsakan Allah. Hanya saja setiap
syari’atnya berbeda-beda, namun tetap memiliki satu tujuan yang sama yaitu
Allah.
·
Keistimewaan
Agama Islam adalah
-
Sebagai
petunjuk setiap umat manusia
-
Sebagai
penyempurna agama-agama sebelumnya
-
Menyimpan
aturan-aturan kebajikan, sehingga menambah rasa taqwa kita kepada Allah
·
Analisis
ketarbiyahan yang dapat diambil dari ayat-ayat tentang Islam adalah :
-
Menyikapi
perselisihan antar agama diantara kita karena kita satu kesatuan
-
Iman
itu juga harus diimbangi dengan pengamalan
-
Mempelajari
sejarah Islam yang berasal dari agama tauhid
V.
PENUTUP
Sampai di penghujung kata, sehingga
usai sudah pemakalah menguraikan materi tentang ma’na Islam yang terdapat dalam
al-Qur’an. Semoga dapat memberikan manfaat pada pembaca dan senantiasa menjadi
acuan pendidikan kita semua. Akan tetapi, semuanya tidak akan lepas dari kekurangan
dan kehilafan, karena kesempurnaan yang hakiki hanya dimiliki oleh Sang Maha Esa
yaitu Allah SWT. Manusia hanya bisa berusaha menjadi yang terbaik dan
bertawakkal. Untuk itu kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat membantu melengkapi dan menyempurkan makalah kami. Atas segala
kekurangan dan kekhilafan baik dalam penulisan kata, kalimat, foot note, dan
daftar pustaka, kami dari pemakalah meminta ma’af yang sebesar-besarnya kepada
pembaca. Syukron
[1] Abudin Nata, Studi
Islam Komprehensif , (Jakarta : ), hal.
[2] Mahmud
Syaltout, Al-Islam Aqidah wa Syari’ah, (Mesir : Dar al-Qalam, 1966),
cet. III, hal. 9
[3] Abudin Nata, Studi
Islam...., hal.
[4] Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Jakarta : CV. Toha Putra Semarang, 1987),
hal. 205
[5] Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi,hal. 208-209
[6] Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir,
(Damaskus : Darul Fikr, 2011), hal. 146
[7] Muhammad Fuad
Abdul Baqi, Tafsir Tematis, Ayat-ayat al-Qur’an al-Hakim, (Surabaya :
Halim Jaya, 2012), hal. 149
[8] M. Qurais
Shihab, Tafsir
al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian
al-Quran,( Jakarta : Lantera
Hati, 2009),
hal. 144
[9] Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al12we `-Maragi, hal.
313-314
[11] Muhammad Fuad
Abdul Baqi, Tafsir tematis....., hal. 153
[13]
Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi,hal. 162-165
[14] Wahbah
Zuhaili, Tafsir al-Munir, hal. 146
Tidak ada komentar:
Posting Komentar